Wednesday 16 September 2015

samosir

SEJARAH TERBENTUKNYA PULAU SAMOSIR DAN DANAU TOBA ( SAMOSIR ISLAND PART 1)

Siapa yang tidak mengenal Pulau Samosir yang berada di Provinsi Sumatera Utara ini, tentunya anda telah mendengar banyak informasi mengenai Pulau Samosir yang sangat indah dan kaya akan budaya batak ini. Pulau Samosir sudah sangat famous / terkenal bukan hanya di Indonesia saja, melainkan sudah mendunia dan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia, khususnya Sumatera Utara.
peta-sumut-SAMOSIR (TOGGINGHILL(Sumber : togginghill.wordpress.com)
Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara. Sebuah pulau dalam pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut menjadikan pulau ini menjadi sebuah pulau yang menarik perhatian para turis. Pulau Samosir sendiri terletak dalam wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada tahun 2003 dari bekas Kabupaten Toba -Samosir.
SEJARAH TERBENTUKNYA DANAU TOBA DAN PULAU SAMOSIR
Danau Toba(Sumber : Wikipedia.com)
Pulau Samosir merupakan sebuah pulau besar di Danau Toba dimana di Pulau Samosir sendiri terdiri dari enam kecamatan dari sembilan kecamatan yang terdapat di Kabupaten Samosir.  Danau Toba sendiri memiliki panjang 100 km dengan lebar 30 km dan kedalaman bisa mencapai 505 m yang berada di ketinggian 900 meter. Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan danau vulkanologi terbesar di dunia. Pulau Samosir sendiri memiliki luas 640 km2 dan merupakan pulau tengah danau kelima terbesar di dunia.
Danau Toba dan Pulau Samosir terbentuk dari letusan gunung berapi maha dahsyat sekitar 69000 sampai 77000 tahun yang lalu dengan skala 8.0 Volcanic Explosivity Index (VEI) . Skala 8.0 VEI dideskripsikan sebagai letusan supervulkanologi sangat dahsyat yang memuntahkan >1000 km3 material letusan dengan ketinggian letusan mencapai 50km dan mempengaruhi suhu dan kondisi di lapisan toposphere dan stratosphere bumi.
Skala Vulkanologi(Sumber : wikipedia.com)
Letusan dari Toba telah menurunkan temperatur bumi sekitar 3 sampai 5 derajat celcius dan mencapai 15 derajat celcius pada latitude yang lebih tinggi, populasi manusia di bumi yang meninggal sampai 60%.
TANO PONGGOL, TERPISAHNYA SAMOSIR DARI DARATAN SUMATERA
Dahulu Pulau Samosir berada dalam satu daratan dengan Pulau Sumatera, berbentuk sebuah tanjung di Danau Toba. Bagian paling sempit dari Samosir adalah di Pangururan, lebarnya hanya sekitar 300 meter. Warga dulu menyeret perahu agar bisa pindah ke sisi Danau Toba yang satunya, daripada harus memutari Samosir.
Jembatan Tano Ponggol (Travel.detik.com)(Sumber : tavel.detik.com)
Pada era penjajahan Belanda dibangunlah kanal sungai untuk mempertemukan kedua sisi Danau Toba. Perahu bisa lewat dari satu sisi Danau Toba, ke sisi lainnya tanpa memutari Samosir. Dengan kanal itu, terputuslah sudah Samosir dengan dataran Sumatera dan bisa dikatakan telah resmi menjadi sebuah pulau. Area pemotongan Samosir tersebutlah yang disebut dengan Tano Ponggol. Pada awalnya, area Tono Ponggol dibangun sebuah jembatan dengan menggunakan kayu untuk waktu yang cukup lama. Namun kini Jembatan Tano Ponggol sudah dibeton pada tahun 1982. Menurut buku-buku Budaya Batak, Tano Ponggol di “potong” Belanda dengan dua alasan yaitu pertama bertujuan untuk memperlancar transportasi air dan kedua bertujuan untuk memecah belah Bangsa Batak dahulu secara psikologis.

pulau salomon

Jayapura, Jubi- Kepulauan Solomon menjadi negara merdeka pada 7 Juli 1978 dari Inggris. Negeri ini boleh dibilang tenang tetapi beberapa waktu lalu PM nya diguncang skandal suap. Beberapa hari lalu di Vanuatu juga kena mosi tidak percaya karena dugaan suap.

Negara kepulauan ini juga yang menformalkan pendirian negara-negara Ujung Tombak Melanesia, Melanesian Spearhead Group (MSG) pada 1988 di Port Villa Vanuatu. Kepulauan ini sangat terkenal saat pecah Perang Dunia Kedua atau Perang Pasifik. Pulau Gualdalcanal. Savo dan Florida merupakan wilayah pertempuran hebat antara tentara Jepang dan Amerika Serikat di wilayah Pasifik Selatan. Persitiwa perang Gualdacanal sampai saat ini diabadikan di dinding koridor gedung Pentagon, Washington DC.Amerika Serikat.

Luas Kepulauan Solomon adalah 28.450 KM persegi, sedangkan luas daratan hanya 27.540 KM persegi saja. Negara ini terdiri dari enam pulau utama dan puluhan pulau-pulau kecil. Enam pulau utama itu adalah Gualdacanal, Malaita, San Cristobal atau Makira, New Georgia, Santa Isabel dan Choiseul atau Lauru. Pulau-pulau lain yang masuk dalam gugusan pulau Florida dan Russel, Shorland, Mono, Vella Lavella, Kolombangara, Ranongga, Gizo dan Rendova.

Ibukota Kepulauan Solomon terletak di Honiara, Pulau Gualdacanal, kota ini baru dibangun setelah Perang Dunia Kedua. Hampir sama dengan kota-kota di Pasifik Selatan berkembang setelah Perang Pasifik berkecamuk. Sebelumnya ibukota Solomon berada di Tulagi termasuk dalam Kepualuan Florida.

Jumlah penduduk di Solomon Island pada 1991 baru mencapai 347.115 jiwa dengan pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 3,5 persen per tahun.

Mayoritas penduduk di Solomon Island adalah Melanesia sebanyak 93 persen dari populasi penduduk. Kelompok etnis kedua adalah Polinesia hanya empat persen. Meski Polinesia sedikit dari populasi, tetapi mereka menyebar secara ekonomis di pulau-pulau kecil dan penting di Solomon Island yaitu Ontong Java, Sikiana, Rennel, Bellona, Reef dan Tikopia.

Sedangkan penduduk lainnya berasal dari ras Mikronesia, terutama penduduk dari Kiribati(1,5 persen), Eropah (0,8 persen), Cina(0,3 persen) dan lain-lain (0,4 persen). Mereka ini boleh disebut sebagai masyarakat pendatang dan bermukim di ibukota Honiara.

Dilihat dari struktur masyarakatnya, Kepulauan Solomon terdapat dua struktur sosial, Melanesia dan Polinesia. Hampir sama dengan negara Fiji yang mayoritas Melanesia dan Polinesia. Perbedaan mencolok antara kedua ras Melanesia dan Polinesia ini terdapat pada garis keturunan. Orang Melanesia garis keturunannya berdasarkan patrilineal yang terdapat di Pulau Malaita, Gualdacanal. Makira dan Choiseul.

Sedangkan ras Polinesia menganut garis keturunan patrilineal, matrilineal atau gabungan keduanya. Sistem matrilineal terdapat Pulau Santa Isabel dan Santa Cruz.

Sebagian besar kelompok Melanesia memiliki tanah dan kekayaan materi merupakan indikator utama dalam status sosial mereka. Hal ini dicerminkan dalam pengungkapan upacara adat dalam upacara pesta pemberian. Pemberi yang paling banyak biasanya seorang Bigman atau kastom chief atau kepemimpinan dengan suatu pencapaian seorang pria berwibawa.

Sedangkan masyarakat Polinesia lebih mempertahankan organisasi sosial yang patrilineal, hirarkis dan keturunan.

Kepulauan Solomon sendiri memiliki bahasa sebanyak 120 bahasa, orang Melanesia memakai bahasa pribumi dengan 90 dialek atau logat yang berbeda. Bahasa pergaulan di Solomon Island memakai bahasa Inggris dan Tok Pigdgin sebagai komunikasi antar penduduk.

Negara Solomon akan menjadi tuan rumah pertemuan Negara-negara Melanesia dan FLNKS dari Kaledonia Baru pada 18 June 2015,  mendatang. Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyambut pertemuan tokoh-tokoh penting dari MSG. Apakah negara Pulau yang tenang ini memberikan peluang bagi orang-orang Papua Barat untuk duduk dalam Persaudaraan Melanesia? Hanya soal waktu dan kesempatan serta keberuntungan yang bisa berbicara.(Dominggus Mampioper)

Sejarah Pulau Penyengat


SUATU hal yang tercatat dalam sejarah adalah bahwa mesjid ini merupakan satu-satunya peninggalan Kerajaan Riau-Lingga yang utuh. Harap diingat, Penyengat pada akhirnya tidak saja sebagai tempat berkedudukannya seorang Yang Dipertuan Muda atau semacam Perdana Menteri Kerajaan Melayu Riau-Lingga, tetapi juga tempat kedudukan Sultan sejak tahun 1900 dengan segala macam pembangunan fisiknya; sebutlah di antaranya berbagai macam istana, mahkamah, rumah sakit, listrik, dan jaringan telepon yang tersedia sebelum abad ke-20.
Alkisah, nama pulau Penyengat muncul dalam sejarah Melayu pada awal abad ke-18 ketika meletusnya perang saudara di Kerajaan Johor-Riau yang kemudian melahirkan Kerajaan Siak di daratan Sumatera (masih di Riau). Pulau ini menjadi penting lagi ketika berkobarnya perang Riau (akhir abad ke-18) pimpinan Raja Haji Fisabilillah yang pada tahun 1997 diangkat sebagai pahlawan nasional. Raja Haji menjadikan pulau ini sebagai kubu penting yang dijaga oleh orang-orang asal Siantan, dari kawasan Pulau Tujuh di Laut Cina Selatan.
Cerita rakyat menyebutkan, nama pulau tersebut diambil dari nama binatang yakni penyengat (sebangsa lebah), semula dikenal sebagai tempat orang mengambil air dalam pelayaran di kawasan ini. Konon, suatu kali para saudagar yang mengambil air di situ diserang binatang tersebut. Pihak Belanda sendiri menjuluki pulau itu dengan dua nama yakni Pulau Indera dan Pulau Mars. Kini pulau itu lebih dikenal dengan nama Penyengat Inderasakti.
Pada tahun 1805, Sultan Mahmud menghadiahkan pulau itu kepada istrinya Engku Putri Raja Hamidah, sehingga pulau ini mendapat perhatian yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Perhatian itu semakin mantap dinikmati Penyengat, ketika beberapa tahun kemudian, Yang Dipertuan Muda Jaafar (1806-1832) memindahkan tempat kedudukannya di Ulu Riau (Pulau Bintan) ke Penyengat, sedangkan Sultan Mahmud pindah ke Daik-Lingga.
Dengan pengalamannya sebagai pengusaha timah di Semenanjung Malaya dan selalu berpergian ke berbagai tempat sebelum diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda, Raja Jaafar membangun Penyengat dengan cita-rasa pemukiman yang molek. Sejumlah pengamat asing menyebutkan, Penyengat ditata sebaik-baiknya tempat yang terlihat dari penyusunan pemukiman, keberadaan tembok-tembok, saluran air, dan jalan-jalan. Pada gilirannya, Sultan Abdurrahman Muazamsyah, tahun 1900 memindahkan tempat kedudukannya dari Daik ke Penyengat.
Setelah menolak menandatangani politik kontrak dengan Belanda dan melakukan berbagai macam bentuk perlawanan, Sultan Abdurrahman Muazamsyah diturunkan dari tahta oleh penjajah. Tak seorang pun orang Melayu yang bersedia menjadi Sultan setelah itu, Abdurrahman Muazamsyah bahkan mengilhami orang-orang Riau meninggalkan Penyengat menuju Singapura dan Johor tahun 1911. Hanya beberapa ratus orang penduduk dari 6.000 orang penduduk waktu itu yang tinggal di Penyengat setelah peristiwa tersebut.
Dengan demikian, bangunan-bangunan kerajaan terbiarkan, bahkan dijarah. Selentingan dari penduduk terdengar cerita tentang bagaimana di antara para bangsawan mengharapkan agar bangunan-bangunan yang ada hendaklah dirubuhkan daripada diambil oleh Belanda. Tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan terhadap Mesjid Sultan, malahan rumah ibadah ini dipelihara baik sebagaimana mestinya sebuah rumah ibadah.
Sebenarnya, Mesjid Sultan di Pulau Penyengat sebagaimana disebutkan dalam Tuhfat al-Nafis (buku sejarah Melayu) karya Raja Ali Haji, dibangun seiringan dengan dihadiahkannya pulau tersebut kepada Engku Putri Raja Hamidah oleh Sultan Mahmud. Cuma saja, waktu itu, mesjid tersebut terbuat dari kayu. Raja Jaafar yang membangun Penyengat sebagai bandar modern hanya pernah memperlebar mesjid itu karena penduduk Pulau Penyengat semakin banyak.
Dalam buku Mesjid Pulau Penyengat yang disusun Hasan Junus disebutkan, pembangunan mesjid itu secara besar-besaran dilakukan ketika Raja Abdul Rahman memegang jabatan Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga (1832-1844), menggantikan Raja Jaafar. Tak lama setelah memegang jabatan itu yaitu pada tanggal 1 Syawal tahun 1284 H (1832 M) atau 165 tahun yang lalu, setelah usai shalat Ied, ia menyeru masyarakat untuk ber-fisabilillah atau beramal di jalan Allah.
Caranya adalah dengan membangun mesjid di atas tapak mesjid yang lama. Suatu mesjid yang dapat meninggalkan zaman yaitu dapat digunakan mulai saat dibina sampai kepada anak cucu mendatang. Seruan ber-fisabilillah itu sangat kuat bergaung, setelah seruan serupa dikumandangkan dalam perang Riau, sehingga berduyun-duyunlah masyarakat datang dari berbagai tempat untuk bergotong-royong. Khusus pada sepekan pertama, para lelaki selain penjaga malam, dilarang keluar rumah agar siangnya dapat menyumbangkan tenaganya untuk mesjid. Akhirnya, pembuatan fondasi mesjid selesai dikerjakan selama tiga pekan.
Tidak saja tenaga, mereka juga menyumbangkan makanan seperti beras, sagu, dan lauk-pauk termasuk telur ayam. Makanan itu berlimpah-ruah, bahkan konon putih telur sampai tidak habis dimakan. Atas saran tukang pada bangunan induk mesjid, putih telur itu akhirnya dicampur dengan semen untuk perekat batu. Itulah sebabnya mengapa banyak masyarakat menyebutkan bahwa mesjid tersebut dibuat dari telur.
Kini kawasan mesjid itu berukuran 54,4 x 32,2 meter. Bangunan induknya adalah 29,3 x 19,5 meter, disangga oleh empat tiang. Lantai bangunannya dibuat dari batu bata tanah liat. Di halaman mesjid, terdapat dua buah rumah sotoh yang diperuntukkan bagi musafir dan tempat musyawarah. Selain itu terdapat juga dua balai, tempat orang biasanya menghidangkan makanan ketika kenduri dan untuk berbuka puasa yang disediakan pengurus mesjid setiap hari seperti juga tahun ini. Khusus bangunan induk, Raja Hamzah Yunus mengatakan, “Tidak ada perubahan semenjak pertama dibangun oleh Raja Abdul Rahman.”
Tak pelak lagi, keberadaannya memang amat lain dibandingkan mesjid semula yang terbuat dari kayu. Seperti dikisahkan dalam Mesjid Pulau Penyengat, semula mesjid itu berlantai batu merah empat persegi, sedangkan dindingnya terbuat dari kayu cengal (Balanocarpus heimii) yang didatangkan dari Selangor (kini masuk Malaysia). Atapnya terbuat dari kayu bekian. Hanya terdapat sebuah menara setinggi 12 hasta, ditambah sebuah kubah berukuran 17 hasta. Mesjid ini diberi pagar hidup dengan pohon-pohonan yang tumbuh merimbun.
Patutlah diakui bahwa bentuk Mesjid Sultan di Penyengat kini sangat unik. Sulit bagi orang untuk menentukan asal arsitekturnya. Ada yang mengatakan, mesjid ini bergaya India berkaitan dengan tukang-tukang dalam membuat bangunan utamanya adalah orang-orang India yang didatangkan dari Singapura. Tetapi yang jelas, arsitektur mesjid merupakan gaya campuran dari berbagai wilayah budaya seperti Arab, India, dan Nusantara. Dalam dua kali pameran mesjid pada Festival Istiqlal di Jakarta (1991-1995) disebutkan bahwa Mesjid Sultan ini merupakan mesjid pertama di Indonesia yang memakai kubah.
Terdapat 13 kubah di mesjid itu yang susunannya bervariasi seperti ada “kelompok” kubah dengan jumlah tiga dan empat kubah. Ditambah dengan empat menara yang masing-masing memiliki ketinggian 18,9 meter, maka dapatlah dijumlahkan bahwa bubung yang dimiliki mesjid tersebut sebanyak 17 buah. Ini diartikan sebagai jumlah rakaat dalam shalat yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam dalam sehari semalam yakni subuh (dua rakat), zuhur (empat rakaat), asyar (empat rakat), maghrib (tiga rakaat), dan isya (empat rakaat).
Keunikan di dalam mesjid masih banyak. Paling menarik perhatian adalah terdapatnya mushaf Alquran tulis tangan yang diletakkan dalam peti kaca di depan pintu masuk. Mushaf ini ditulis oleh Abdurrahman Stambul tahun 1867. Ia adalah salah seorang putra Riau yang dikirim Kerajaan Riau-Lingga untuk menuntut ilmu di Istambul, Turki. Disebabkan tempat belajarnya, penulisan mushaf Alquran itu bergaya Istambul yang dikerjakannya sambil mengajar agama Islam di Penyengat.
Alquran tulis tangan lain yang ada di mesjid itu dan tidak diperlihatkan kepada umum, ternyata lebih tua yakni dibuat tahun 1752. Uniknya, di bingkai mushaf yang tidak diketahui penulisnya ini terdapat tafsiran-tafsiran dari ayat-ayat Alquran, bahkan terdapat berbagai terjemahan dalam bahasa Melayu terhadap kata per kata di atas tulisan ayat-ayat tersebut. Ini menunjukkan bahwa di sisi lain, orang-orang Melayu tidak saja menulis ulang mushaf, tetapi juga coba menerjemahkannya.
Tentu saja mushaf tersebut tidak dapat diperlihatkan kepada umum karena sudah amat rusak. Mushaf ini tersimpan bersama 300-an kitab dalam dua lemari di sayap kanan depan mesjid. Kita-kitab tersebut adalah sisa-sisa kitab yang dapat diselamatkan dari perpustakaan Kerajaan Riau-Lingga, Kutub Khanah Marhum Ahmadi, yang tidak terbawa bersama eksodusnya masyarakat Riau awal abad ke-20 ke Singapura dan Johor. Dalam suatu kunjungannya tahun 1970-an, Buya Hamka menilai bahwa buku-buku tersebut merupakan buku-buku penting yang tinggi nilainya dalam Islam.
Benda yang juga cukup menarik perhatian di mesjid ini adalah mimbar yang terbuat dari kayu jati. Sebuah sumber menunjukkan bahwa mimbar ini sengaja ditempah di Jepara, Jawa Tengah, sebanyak dua mimbar. Satu mimbar diletakkan di Mesjid Sultan di Penyengat ini, sedangkan mimbar lain yang berukuran lebih kecil, diletakkan pada mesjid di Daik. Jepara, memang sudah lama dikenal di Riau, bahkan misi dagang Riau yang dipimpin Raja Ahmad, sempat berada di wilayah itu tahun 1826. Di antara anggota misi ini adalah pujangga Raja Ali Haji yang keranda (peti mati) untuknya sempat juga dibuat di Jepara karena ia sakit keras ketika berada di situ.
Hasan Junus mengatakan, di dekat mimbar itu disimpan sepiring pasir yang dikatakan berasal dari Makkah al-Mukarramah, melengkapi benda-benda lain semacam permadani Turki dan lampu kristal. Pasir ini dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua yang dikenal sebagai bangsawan Riau pertama mengerjakan haji tahun 1820-an, hasil perdagangannya di Jawa sampai ke Betawi. Pasir tersebut senantiasa digunakan masyarakat dalam upacara jejak tanah, suatu tradisi menginjak tanah untuk pertama kali bagi kanak-kanak.
penampilan suasana dalam Idul Fitri dan lintasan sejarah yang dikandung Mesjid Sultan itu yang agaknya “mengusik” hati orang luar datang mengerjakan shalat Idul Fitri atau Jumat (lihat: Naksabandiyah dan Berbagai Kegiatan).
Pada gilirannya, kunjungan pendatang dari luar itu merupakan hikmah tersendiri bagi Mesjid Sultan. Ini terbukti banyaknya uang terkumpul dari infak dan sedekah pengunjung. Seorang pejabat Departemen Perhubungan di Jakarta beberapa tahun lalu sempat terkagum-kagum sambil mengatakan bagaimana sebuah mesjid yang berada di desa dengan mata pencaharaian penduduk adalah buruh dan pegawai negeri, memiliki kas di atas Rp 100 juta.
Keterangan terbaru menyebutkan, kas tersebut kini sudah membengkak menjadi Rp 200 juta lebih. Uang inilah yang dikelola untuk berbagai kegiatan seperti pendidikan keagamaan bagi kanak-kanak. Setiap bulan Ramadhan, pengurus menyediakan makanan berbuka puasa bagi 40 orang. Tak ada syarat untuk itu kecuali memang berpuasa dan memerlukannya. Selebihnya, dana tersebut diperlukan untuk memakmurkan mesjid.
Bayangkan saja, untuk memperindah mesjid, baru-baru ini dipasang lampu mewah pada dua menara mesjid seharga Rp 12 juta. Tak pelak lagi, dari Tanjungpinang, menara mesjid itu terlihat bagai mercusuar-seperti menjalani fungsi mercusuar sebenarnya agar orang tidak tersesat berlayar pada malam hari. Menaranya yang terang benderang terlihat seperti dua belah tangan yang mengaminkan doa ke langit, sekaligus mengingatkan orang akan wujud Allah.
Pengurus mesjid pula tampaknya tidak terlalu ortodoks terhadap pengunjung yang setiap hari mengunjunginya dalam angka relatif-dapat mencapai 1.000 orang pada hari Minggu atau pada hari libur. Mereka dipersilakan melihat-lihat keadaan mesjid setiap saat. Tentu saja, kegiatan melihat-lihat itu tidak lepas dari usaha agar tetap mengingatkan diri kepada Allah, sehingga seorang pengunjung tetap dituntut berlaku sopan. Pengunjung lelaki misalnya, tidak diperkenankan naik ke mesjid kalau hanya memakai celana pendek. Selain itu orang tidak dibenarkan mengambil foto di dalam mesjid.
Tak hanya sampai di situ. Fasilitas mesjid dapat digunakan untuk berbagai kegiatan sosial keagamaan. Dua balai yang berada di halaman mesjid, dapat dijadikan tempat diskusi keagamaan dan kebudayaan. Tahun lalu misalnya, pengurus membenarkan pengisi kegiatan Hari Raja Ali Haji mengadakan kegiatan di dalam kompleks mesjid seperti bimbingan penulisan kreatif dan latihan membacakan syair dan Gurindam Duabelas.
Ya, Mesjid Sultan merupakan salah satu dari belasan obyek wisata di Pulau Penyengat sebagai obyek wisata andalan Riau, apalagi dalam saat hari raya seperti sekarang. Tetapi untuk soal agama, Mesjid Sultan tidak bisa ditawar-tawar karena fungsinya tetaplah sebagai rumah ibadah. Mesjid ini seolah-olah hendak mengatakan bahwa pandangan terhadap dunia tidak mungkin ditutup, tetapi pandangan kepada akhirat tetap dibuka selebar-lebarnya

sepak bola

Sejarah sepak bola secara resmi diidentifikasi oleh FIFA berasal dari negeri tirai bambu / china pada masa dinasi Han, yaitu sekitar abad ke-2 atau ke-3 sebelum masehi. Permainan sepak bola pada zaman tersebut berbeda jauh dengan sepak bola saat ini. Permainan yang disebut tsu chu tersebut merupakan permaianan menggiring bola kulit dan memasukkannya kedalam jaring kecil. Kegiatan ini dilakukan rutin sebagai bentuk pelatihan fisik para tentara dan sebagai hiburan pada acara ulang tahun sang kaisar.
Selain tenar di China, Sepak bola juga menjadi bagian dari warga Jepang yang menyebut permainan menggiring bola dari kulit kijang dengan sebutan “kemari”. Permainan semacam inipun juga ditemukan dinegara-negara seperti Mesir Kuno, Romawi, Inggris, Meksiko hingga ke Amerika Tengah yang mulai membuat bola dari karet. Sejarah penting terjadi di Inggris, Raja Edward II sempat melarang olahraga ini karena banyaknya tindakan kekerasan dan mengarah pada aksi brutal tanpa aturan yang jelas, hingga pada tahun 1369 Raja Edward III mencabut larangan tersebut dan mengizikan permainan sepk bola namun lambat laun permainan ini kembali dilarang oleh Ratu Elizabeth I pada tahun 1572. Tidak tanggung-tanggung, sang ratu bahkan memberi sanksi berupa penjara bagi rakyatnya yang nekat bermain sepak bola. Pada akhirnya tahun 1680 Raja Charles II mencabut larangan tersebut dan memberikan perlindungan bagi siapapun yang ingin bermain sepak bola di tanah Inggris.
sejarah sepak bola

Sejarah Sepak Bola Dunia

Perkembangan sepak bola dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun, sepak bola modern sudah mulai dimainkan di area kampus ternama seperti Havard, Cambrigde, Amherst, dll pada tahun 1820. Peraturan sepak bola sendiri mulai di diskusikan pertama kali pada tahun 1848 di Universitas Cambridge. Tercatat beberapa peristiwa penting sebelum terbentuknya badan yang menanungi sepak bola dunia, diantaranya :
Tahun 1863 : Asosiasi sepak bola Inggris (FA) dibentuk
Tahun 1885 : Adanya pertandingan di luar Inggris yaitu Kanada vs Amerika
Tahun 1886 : Diadakan rapat pertama untuk membahas pembentukan asosiasi sepak bola dunia
Tahun 1888 : Mulai ada wasit yang memegang penuh kendali suatu pertandingan
Tahun 1888 : Tendangan pinalti mulai berlaku
Tahun 1904 : FIFA dibentuk dengan anggota Prancis, Belgia, Belanda, Spanyol, Swiss dan Swedia
FIFA ( Fédération Internationale de Football Association) akhirnya lahir pada tahun 1904 untuk memajukan sepak bola di dunia. FIFA memiliki slogan “for the Game, for the World”, yang pada intinya permainan ini akan menjadi pemersatu antar bangsa setelah terjadi perang dunia. Markas FIFA berada di Zurich, Swiss tempat dimana teman-teman menyaksikan kegiatan yang dilakukan oleh FIFA seperti pengundian Liga Champion, penobatan pemain terbaik, dll. Tugas yang diemban oleh FIFA diantaranya mempromosikan sepak bola, mengatur transfer pemain antar tim, memberikan gelar pemain terbaik dunia, dan menerbitkan daftar Peringkat Dunia FIFA setiap bulannya.
Sejarah sepak bola dunia berlanjut ketika pada tahun 1908 sepak bola mulai menjadi olahraga dalam Olimpiade dan mengadakan Kejuaraan Dunia pertama / piala dunia di Uruguay pada tahun 1930. Ada hal unik diluar teknis permainan sepak bola yang perlu dicatat, yaitu keberhasilan BBC menjadi televisi pertama yang menanyangkan sepak bola pada tahun 1938 dan adanya fitur replay gol/ siaran ulang ketika terjadi gol pada tahun 1966. Ini merupakan bagian dari keberhasilan sepak bola sebagai hiburan rakyat yang akhirnya menjadi sebuah olahraga paling digemari di dunia. FIFA sendiri saat ini menaungi beberapa badan asosiasi regional yang terdiri dari beberapa negara, berikut ini daftarnya :
  • UEFA (Union of European Football Associations) : merupakan asosiasi sepak bola untuk negera-negara eropa
  • CONCACAF (The Confederation of North, Central American and Caribbean Association Football) : merupakan asosiasi sepak bola untuk negara Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia
  • CONMEBOL (Confederación Sudamericana de Fútbol) : merupakan asosiasi sepak bola untuk negara-negara Amerika Selatan
  • AFC (The Asian Football Confederation) : merupakan asosiasi sepak bola untuk negara-negara Asia
  • CAF (Confederation of African Football) : merupkan asosiasi sepak bola untuk negara Afrika
  • OFC (Oceania Football Confederation) : merupakan asosiasi sepak bola untuk negara oceania
asosiasi sepak bola regional

Sejarah Sepak Bola Indonesia

Setelah membahas mengenai sejarah sepak bola dunia, tidak lengkap rasanya jika tidak membahas sejarah sepak bola Indonesia, anda tau bagaimana sepak bola masuk ke Indonesia?
Masuknya sepak bola di Indonesia tidak lepas dari bangsa lain yang melakukan perdagangan maupun penjajahan di Indonesia. Cina datang ke nusantara pada saat itu mengenalkan permainan sepak bola untuk membuktikan bahwa negeri tirai bambu tersebut tidak kalah superior dibandingkan negara-negara eropa seperti Belanda. Selain berkeinginan untuk berdagang, Cina mempunyai andil yang cukup besar untuk sejarah sepak bola Indonesia. Tercatat pada tahun 1915 banyak terbentuk perkumpulan / klub sepak bola yang didirikan warga Tionghoa, bahkan pada tahun 1920 Tionghoa Surabaya dan UMS Jakarta menjadi raja persepakbolaan Hinda Belanda(Nama Indonesia jaman dulu)yang pernah masuk ke piala dunia tahun 1938. Keren ternyata Indonesia yang dulu pernah ikut piala dunia, semoga di jaman modern prestasi itu dapat diraih kembali.
Balik kesejarah, dari beberapa peristiwa penting diatas, kita juga perlu mencatat peristiwa berdirinya badan yang menaungi sepak bola se-Indonesia, apalagi kalau bukan PSSI. PSSI atau Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia didirikan di Yogyakarta pada tanggal 19 April 1930 (berdiri sebelum keikutsertaannya di piala dunia 1938 di Perancis). Sebagai Informasi saja Tim yang dikirimkan ke Perancis merupakan tim NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) yaitu badan kerjasama antara PSSI dan NIVB yang telah diakui oleh FIFA, kejadian ini sempat menimbulkan ketegangan antara PSSI dan NIVU karena Soeratin Sosrosoegondo sebenarnya menginginkan pertandingan antara PSSI dengan NIVU terlebih dahulu sebelum memutuskan siapa yang berangkat ke piala dunia. Coba dulu yang maju PSSI, mungkin nama yang tercatat bukan Hinda Belanda, melainkan Indonesia !.
Sosok penting dibalik berdirinya PSSI adalah Soeratin Sosrosoegondo, anak pribumi yang telah mengenyam pendidikan di Sekolah Teknik Tinggi Heckelenburg, Jerman. Beliaulah yang berkeinginan mewujudkan Sumpah Pemuda sebagaimana terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928, menurut beliau sepak bola merupakan cara yang tepat untuk menyemangati rasa nasionalisme pemuda terhadap penjajahan Belanda. Soeratin Sosrosoegondo juga yang memutuskan hubungan dengan NIVU secara sepihak pada kongres PSSI 1938 di Solo, ini sebenarnya buah kekesalan beliau karena setiap keikutsertaan pertandingan sepak bola kita selalu menggunakan bendera NIVU (Belanda). Sepak bola Indonesia sepat vakum beberapa tahun karena kedatangan Jepang yang berhasil mengusir Belanda dari tanah Indonesia. Jepang memaksa PSSI masuk menjadi bagian dari Tai Iku Kai ( Badan olahraganya Jepang).
Sejarah sepak bola baik dunia maupun Indonesia merupakan sejarah panjang dari sebuah permainan bola sepak yang melegenda hingga saat inipun merupakan olahraga yang banyak digemari di segala usia. Permainan inipun melahirkan peraturan-peraturan yang digunakan untuk melindungi para pemainnya dari cedera. Indonesia pun juga harus berbenah mulai dari sekarang, prestasi jaman dahulu merupakan semangat pejuang yang perlu di contoh, semoga setelah membaca artikel ini teman-teman yang memiliki passion dalam bidang olahraga dapat meningkatkan rasa pejuang dan nasionalisme bangsa. Latihan teknik-teknik sepak bola supaya ditingkatkan lagi, tidak perlu ragu mempelajari teknik dasar sepak bola, karena memang itu cikal bakal permainan sepak bola.
Demikian artikel mengenai Sejarah sepak bola yang dapat saya sampaikan, tidak semua detail saya tulis namun hal-hal yang penting mengenai sepak bola dunia dan Indonesia saya sertakan, semoga bermanfaat dan maju terus sepak bola Indonesia.

kota pekanbaru

Sejarah Pekanbaru

Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama “Senapelan” yang saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut  Batin. Daerah ini terus berkembang  menjadi kawasan pemukiman baru dan seiring waktu berubah menjadi Dusun Payung Sekaki yang terletak di muara Sungai Siak.
Pada tanggal 9 April tahun 1689, telah diperbaharui sebuah  perjanjian antara Kerajaan Johor dengan Belanda (VOC) dimana dalam perjanjian tersebut Belanda diberi hak yang lebih luas. Diantaranya pembebasan cukai dan monopoli terhadap beberapa jenis barang dagangan. Selain itu Belanda juga mendirikan Loji di Petapahan yang saat itu merupakan kawasan yang maju dan cukup penting.
Karena kapal Belanda tidak dapat masuk ke Petapahan, maka Senapelan menjadi tempat perhentian kapal-kapal Belanda, selanjutnya pelayaran ke Petapahan dilanjutkan dengan perahu-perahu kecil. Dengan kondisi ini, Payung Sekaki atau Senapelan menjadi tempat penumpukan berbagai komoditi perdagangan baik dari luar untuk diangkut ke pedalaman, maupun dari pedalaman untuk dibawa keluar berupa bahan tambang seperti timah, emas, barang kerajinan kayu dan hasil hutan lainnya.
Terus berkembang, Payung Sekaki atau Senapelan memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan. Letak Senapelan yang strategis dan kondisi Sungai Siak yang tenang dan dalam membuat perkampungan ini memegang posisi silang baik dari pedalaman Tapung maupun pedalaman Minangkabau dan Kampar. Hal ini juga merangsang berkembangnya sarana jalan darat melalui rute Teratak Buluh (Sungai Kelulut), Tangkerang hingga ke Senapelan sebagai daerah yang strategis dan menjadi pintu gerbang perdagangan yang cukup penting.
Perkembangan Senapelan sangat erat dengan Kerajaan Siak Sri Indra Pura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau  membangun Istana di Kampung Bukit dan diperkirakan Istana tersebut terletak disekitar lokasi Mesjid Raya sekarang. Sultan kemudian berinisiatif membuat pekan atau pasar di Senapelan namun tidak berkembang. Kemudian usaha yang dirintis tersebut dilanjutkan oleh putranya  Raja Muda Muhammad Ali yang bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah meskipun lokasi pasar bergeser di sekitar Pelabuhan Pekanbaru sekarang.
Akhirnya menurut catatan yang dibuat oleh Imam Suhil Siak, Senapelan yang kemudian lebih popular disebut Pekanbaru resmi didirikan pada tanggal 21 Rajab hari Selasa tahun 1204 H bersamaan dengan 23 Juni 1784 M oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah dibawah pemerintahan Sultan Yahya yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru.
Sejak ditinggal oleh Sultan  Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah, penguasaan Senapelan diserahkan kepada Datuk Bandar yang dibantu oleh empat Datuk besar yaitu Datuk Lima Puluh, Datuk Tanah Datar, Datuk Pesisir dan Datuk Kampar. Mereka tidak memiliki wilayah sendiri tetapi mendampingi Datuk Bandar. Keempat Datuk tersebut bertanggungjawab kepada Sultan Siak dan jalannya pemerintahan  berada sepenuhnya ditangan Datuk Bandar.
Selanjutnya perkembangan tentang pemerintahan di Kota Pekanbaru selalu mengalami perubahan :
  1. SK Kerajaan Bershuit van Inlandsch Zelfbestuur van Siak No. 1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District.
  2. Tahun 1932 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dipimpin  oleh seorang Controleor berkedudukan di Pekanbaru.
  3. Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dipimpin oleh seorang Gubernur Militer Go Kung, Distrik menjadi GUM yang dikepalai oleh GUNCO.
  4. Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No. 103,   Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota B.
  5. UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.
  6. UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai Kota Kecil.
  7. UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.
  8. Kepmendagri No. 52/1/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru   menjadi Ibukota Propinsi Riau.
  9. UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya Pekanbaru.
  10. UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota Pekanbaru.
PEKANBARU SEBAGAI IBU KOTA PROPINSI  RIAU
Berdasarkan Penetapan Gubernur Sumatera di Medan No 103 tanggal 17 Mei 1956, Kota Pekanbaru dijadikan Daerah Otonomi yang disebut Harminte (kota Baru) sekaligus dijadikan Kota Praja Pekanbaru.
Dan pada tahun 1958, Pemerintah Pusat yang dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri RI  mulai menetapkan ibukota Provinsi Riau secara permanen. Sebelumnya Kota Tanjung Pinang Kepulauan Riau ditunjuk sebagai ibu kota propinsi hanya bersifat sementara. Dalam hal ini Menteri Dalam Negeri RI telah mengirim surat kawat kepada Gubernur Riau tanggal 30 Agustus 1958 No. Sekr. 15/15/6.
Untuk menanggapi maksud surat  kawat tersebut, dengan penuh pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka Badan Penasehat meminta kepada Gubernur supaya membentuk suatu Panitia Khusus. Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Swatantra tingkat I Riau tanggal 22 September 1958 No. 21/0/3-D/58 dibentuk panitia Penyelidik Penetapan Ibukota Daerah Swantantra Tingkat I Riau.
Panitia ini telah berkeliling ke seluruh daerah di Riau untuk mendengar pendapat pemuka masyarakat, penguasa Perang Riau Daratan dan Penguasa Perang Riau Kepulauan. Dari angket langsung yang diadakan panitia tersebut, maka diambillah ketetapan bahwa kota Pekanbaru terpilih sebagai ibukota Propinsi Riau. Keputusan  ini langsung disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri RI. Akhirnya tanggal 20 Januari 1959 dikeluarkan Surat Keputusan dengan No. Des 52/1/44-25 yang menetapkan Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau sekaligus Pekanbaru memperoleh status Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru.
Untuk merealisasi ketetapan tersebut, pemerintah pusat membentuk Panitia Interdepartemental, karena pemindahan ibukota dari Tanjungpinang ke Pekanbaru menyangkut kepentingan semua Departemen. Sebagai pelaksana di daerah dibentuk suatu badan di Pekanbaru yang diketuai oleh Penguasa Perang Riau Daratan Letkol. Kaharuddin Nasution.
Sejak itulah mulai dibangun Kota Pekanbaru dan untuk tahap pertama mempersiapkan sejumlah bangunan dalam waktu singkat agar dapat menampung pemindahan kantor dan pegawai dari Tanjungpinang ke Pekanbaru. Sementara persiapan pemindahan secara simultan terus dilaksanakan, perubahan struktur pemerintahan daerah berdasarkan Panpres No. 6/1959 sekaligus direalisasi.
Gubernur Propinsi Riau Mr. S. M. Amin digantikan oleh Letkol Kaharuddin Nasution yang dilantik digedung Sekolah Pei Ing Pekanbaru tanggal 6 Januari 1960. Karena Kota Pekanbaru mempunyai gedung yang representatif, maka dipakailah gedung sekolah Pei Ing untuk tempat upacara.
Admisnistrasi Pemerintahan KOTA PEKANBARU
Sebelum tahun 1960, Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km2 yang kemudian bertambah menjadi 62.96 km2 dengan 2 kecamatan yaitu Kecamatan Senapelan dan Kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 bertambah menjadi 6 kecamatan dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446.50 km2.
Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan menyebabkan meningkatnya kegiatan penduduk disegala bidang yang pada akhirnya meningkatkan pula tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap penyediaan fasilitas dan utilitas perkotaan serta kebutuhan Lainnya.
Untuk lebih terciptanya tertib pemerintahan dan pembinaan wilayah yang cukup luas, maka dibentuklah Kecamatan Baru dengan Perda Kota Pekanbaru No. 4 Tahun 2003 menjadi 12 Kecamatan dan Kelurahan/Desa baru dengan Perda tahun 2003 menjadi 58 Kelurahan/Desa.

Pekanbaru, 21 Agustus 2015
Kepada Yth : 
HRD PT. Sinar Mas 
Jl. Sudirman No. 17 Pekanbaru 

Dengan hormat, 
Saya yang bertandatangan di bawah ini : 
Nama : Arief Zakari, SH 
Tempat, Tgl. Lahir : Medan, 30 April 1992 
Alamat : Jl. Jamin Ginting No. 09 Medan Sumatra Utara 
No. Telp/HP : 081234567890 
Pendidikan : S1 Hukum

Melalui surat ini saya ingin mengajukan



        Arief Zakari, SH